Cold Chain Logistics ISO TC 315 Technical Committee Meeting / Pertemuan Komite Teknis ISO TC 315 Logistik Rantai Dingin

COLD CHAIN ​​LOGISTICS ISO 315 TECHNICAL COMMITTEE MEETING (English version)

The security and continuity of the world food supply chain has become a hot topic for cold chain stakeholder countries in securing their national food supply. Various efforts continue to be made by each country, especially producing countries that have good agricultural resources. Appropriate cold chain infrastructure must be phased in immediately considering the world’s weather situation is getting more extreme.

The implementation of the global cold chain logistics system, in practice, is still very diverse. Advanced industrial countries are already getting better at implementing it with the digitalization of connectivity and supporting cold chain logistics regulations. As a user country, of course, the infrastructure is well connected. What about producing countries with large and abundant populations and agricultural resources such as China, India and Indonesia?

Japan felt the need to immediately standardize it and harmonize it with ASEAN countries, therefore through a measurable stage, they formed a technical committee team. Starting from the dissolution of ISO 23412 (as the basis for cold package delivery), strengthened by the ISO PC 315 team, and developed to ISO TC 315. Japan (through JSA) formed a cross-country technical committee team Asia Pacific), including Indonesia (BSN, as an active member ).

In face-to-face meetings from 29 November to 2 December in Tokyo (for more than a year, since June 2021), the discussion developed so that Working Groups 1 to 4 were formed, each of which discussed the application of standards in supporting cold chain business, cold package delivery in a contactless manner, and detailed terminology of standard implementation. The halftime meeting will continue online.

In the Tokyo meeting, BSN sent Hasanuddin Yasni (ARPI) to represent the meeting. Indonesia, which actively provided comments on the draft content of the standards to all of these working groups. Yasni explained that it is not easy to apply this standard for countries with archipelagic and marine geography, but it is not impossible if proper infrastructure is built in stages. BSN together with ARPI and supported by related ministries quickly made national standards for “cold supply chain logistics and distribution” and “reefer containers” through the KT 55-02 technical committee. The national cold chain industry has grown significantly since the pandemic, especially in cold package delivery at the end of the chain (B2C) and retail cold storage.

On the occasion of this Tokyo meeting, ARPI held a business meeting with Yamato Holding regarding technology and infrastructure for cold package delivery, with Yussen Logistics regarding cold warehouse investment in the integrated cold chain business area and Itochu Corp cq Daikin reefer containers who wish to develop refrigerated transportation.

PERTEMUAN KOMITE TEKNIS ISO TC 315 LOGISTIK RANTAI DINGIN (Bahasa Indonesia)

Keamanan dan kontinuitas rantai pasok pangan dunia sudah menjadi topik hangat negara-negara pemangku kepentingan rantai dingin di dalam mengamankan pasokan pangan nasionalnya. Berbagai upaya terus dilakukan oleh masing-masing negara, terutama negara-negara produsen yang mempunyai sumberdaya pertanian yang baik. Infrastruktur rantai dingin yang tepat harus bertahap segera dilakukan mengingat situasi cuaca dunia sudah semakin ekstrim.

Implementasi sistem logistik rantai dingin global, dalam pelaksanaannya masih sangat beragam. Negara industri maju sudah lebih baik dalam penerapannya dengan digitalisasi konektivitas dan regulasi logistik rantai dingin yang mendukung. Sebagai negara pengguna tentu saja telah membuat infrastruktur terhubung dengan baik. Bagaimana dengan negara-negara produsen dengan jumlah penduduk dan sumberdaya pertanian yang banyak dan melimpah seperti China, India dan Indonesia?

Jepang merasa perlu segera menstandardisasikannya dan mengharmonisasikan dengan negara-negara ASEAN, karena itu melalui tahapan yang terukur, mereka membentuk tim komite teknis. Bermula dari pembuaran ISO 23412 (sebagai dasar pengiriman paket dingin), diperkuat dengan tim ISO PC 315, dan dikembangkan ke ISO TC 315. Japan (melalui JSA) membentuk tim komite teknis lintas negara Asia Pasifik), termasuk Indonesia (BSN, sebagai anggota aktif).

Dalam pertemuan tatap muka pada 29 November sampai dengan 2 Desember lalu (selama satu tahun lebih, sejak Juni 2021), pembahasan makin berkembang sehingga terbentuk Working Group 1 sd 4 yang masing-masing membahas tentang penerapan standar dalam mendukung bisnis rantai dingin, pengiriman paket dingin secara contactless, dan terminologi detail penerapan standar. Pertemuan paruh waktu akan berlanjut secara online.

Dalam pertemuan Tokyo tersebut, BSN mengutus Hasanuddin Yasni (ARPI) untuk mewakili pertemuan. Indonesia yang secara aktif memberikan komentar tentang draft isi standar ke semua working group tersebut. Yasni menjelaskan tidak mudah menerapkan standar ini bagi negara-negara yang mempunyai geografi kepulauan dan laut, tetapi bukan tidak mungkin jika infrastruktur yang proper dibangun secara bertahap. BSN bersama ARPI dan didukung oleh kementerian terkait secara cepat membuat standar nasional “logistik rantai pasok dan distribusi dingin” serta “kontainer reefer” melalui komite teknis KT 55-02. Industri rantai dingin nasional bertumbuh signifikan sejak pandemi, terutama di pengiriman paket dingin di rantai akhir (B2C) dan penyimpanan dingin eceran.

Pada kesempatan pertemuan Tokyo ini, ARPI mengadakan temu bisnis dengan Yamato Holding terkait teknologi dan infrastruktur pengiriman paket dingin, dengan Yussen Logistics terkait investasi gudang dingin di area bisnis rantai dingin yang terintegrasi dan Itochu Corp cq Daikin kontainer reefer yang ingin mengembangkan transportasi berpendingin.