Rangkuman Riset Global Alliance for Improving Nutrition (GAIN)

Hasil riset yang diworkshopkan oleh Agripro Focus dengan GAIN dan disupport oleh Dutch Embassy terhadap value chain ikan tongkol di Indonesia menyampaikan poin-poin yang patut menjadi tuntunan bagi industry yg terlibat termasuk industry cold chain. Sebesar 15-25% value chain ikan tongkol domestic loss (terbuang) atau dalam hitungan volume adalah 75.000-125.000 metric ton. Jika diukur dari segi nilai devisa mencapai Rp 1,95 – 3,25 trilliun dan dari segi nilai protein yang hilang mencapai 16.500 – 27.500 metric ton per tahunnya.

Loss pasca panen dari hasil ikan nasional berimplikasi serius utk nutrisi penduduk Indonesia. Implikasi loss supply protein dari kebutuhan pangan sehari tersebut equivalent dengan 2,7-4.4 juta anak kekurangan gizi (malnutrition). Dan tongkol merupakan species yg mewakili konsumsi ikan domestic sebagai primadona ikan tangkapan TCT (tuna cakalang tongkol). Riset ini dilakukan atas kerjasama dengan beberapa stakeholders di Jakarta, Jawa timur dan Jawa barat serta sulawesi utara (715 industry). Dipilih tongkol karena permintaannya yang relatif stabil dan favorite publik. Tongkol dalamm low season, harganya hanya bergerak naik 15-25% dari harga rata-rata. Tongkol dan TCT grup dapat dijadikan sebagai gap nutrtion indicator dari protein hewani.

Industry pengolahan pasca panen tongkol bisa dibagi kedalam 2 (dua) jenis, yaitu skala menengah-atas diolah dengan freezing or canning, dan menengah-bawah dengan di asap dan asinkan yang proteinnya loss.

Salah satu gagasan pemerintah dalam mengurangi loss value chain ini adalah mensupport 1080 KPI, 2990 unit fishing gear, 4 area perikanan laut zona terintegrasi, 5000 unit insurance dan 7 pelabuhan perikanan. Kerjasama ini mengkaitkan dengan instansi pemerintah, yaitu Kementerian Kelautan& Perikanan dan Kementerian Kesehatan.

IMG-20170807-WA0050