Pelabuhan Curah di Banten Disebut Layak Jadi Pusat Logistik Perikanan / A Bulk Port in Banten Called to be Fisheries Logistics Center

PELABUHAN CURAH DI BANTEN DISEBUT LAYAK JADI PUSAT LOGISTIK PERIKANAN

BAHASA INDONESIA

(DetikFinance.com), Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menilai pelabuhan curah Krakatau International Port (KIP) di Cilegon, Banten, layak menjadi salah satu pusat logistik perikanan di Indonesia. Itu karena lokasi, kapasitas dan fasilitas yang ada di pelabuhan tersebut sangat mendukung.

“(Bagus) untuk (mendukung produktivitas) perikanan tangkap ini. Harus kita maksimalkan,” ujar Trenggono dalam keterangan tertulis, Kamis (19/8/2021). Hal ini dia ungkapkan saat meninjau KIP bersama sejumlah pejabat Eselon I Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Krakatau International Port merupakan pelabuhan curah makanan dan padi-padian terbesar di kawasan ASEAN serta dry port kontainer produk manufaktur, kemasan, dan makanan olahan dengan sistem yang sudah terintegrasi dari layanan upstream hingga downstream. Oleh karena itu mampu menampung dan memfasilitasi ekosistem pendaratan logistik, hingga penyimpanan dan kegiatan distribusi.

Diketahui, pelabuhan dengan panjang 3,5 km tersebut memiliki 17 dermaga yang juga dilengkapi conveyor, gantry grab ship unloader, hingga gudang terintegrasi. PT KBS memplot Dermaga 4 menjadi kawasan pelayanan cold storage yang salah satunya untuk menyimpan ikan hasil tangkapan maupun budidaya dalam kawasan pusat logistik berikat untuk distribusi dalam negeri maupun kegiatan ekspor dan ekspor.

Pemilihan Dermaga 4 itu disebabkan karena lokasinya strategis, memiliki jalur kereta api, dekat dengan jalan tol, pusat logistik berikat dan depo serta dryport. Kedalaman perairan Dermaga 4 juga memadai untuk berlabuhnya kapal ukuran besar, yakni mencapai 8 meter.

“Harapannya bisa menjadi simpul logistik produk curah dan olahannya untuk kebutuhan di Pulau Jawa,” ujar Direktur Utama PT Krakatau Bandar Samudera Akbar Djohan.

Dia menuturkan pengembangan sistem rantai dingin (cold chain) di KIP lantaran teknik pengawetan produk perikanan akan menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan daya saing transportasi.

Sedangkan dari sisi manfaat, sistem rantai dingin akan berkontribusi pada peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bagi negara, peningkatan volume perikanan tangkap dan budidaya dalam negeri, serta mendorong peningkatan kesejahteraan nelayan lantaran hasil produksinya terserap lebih stabil.

Disamping itu, kata dia, jangkauan kargo yang dibawa menjadi lebih luas sebab KIP berada di jalur pelayaran Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) 1 dan penghubung jalur pelayaran Selat Malaka serta lintas tol laut yang selama ini ramai dilintasi kapal-kapal kargo dari dalam maupun luar negeri.

“KIP juga aktif mencari mitra bisnis termasuk dengan skema KPBU untuk pengembangan bisnis transhipment, perawatan kapal (MRO), unit pengolahan ikan bahkan sampai bursa ikan”, pungkasnya.

Sementara itu, sehari sebelumnya, tim ARPI sudah bertemu bisnis dengan pihak KIP. Dalam diskusi yang cukup detail, Direktur Utama, Akbar Djohan memberikan penjelasan rencana kedepan pengadaan fasilitas cold chain. Dilanjutkan dengan melihat sarana, prasarana dan peta pelabuhan, Ketua Umum ARPI, Hasanuddin Yasni, menjelaskan peluang-peluang bisnis yang perlu dikembangkan, melihat kestrategisan lokasi pelabuhan yang menghubungkan pulau Sumatra dan pulau Jawa tersebut. Pokja akan segera dibentuk.

ENGLISH VERSION

BULK PORT IN BANTEN CALLED TO BE A FISHERIES LOGISTICS CENTER

(DetikFinance.com) Minister of Maritime Affairs and Fisheries Sakti Wahyu Trenggono assessed that the bulk port of Krakatau International Port (KIP) in Cilegon, Banten, was worthy of being one of the fisheries logistics centers in Indonesia. That’s because the location, capacity and facilities at the port are very supportive. “(Good) for (supporting the productivity of) this capture fishery. We must maximize it,” said Trenggono in a written statement, Thursday (19/8/2021). This he revealed when reviewing KIP with a number of Echelon I officials of the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries (KKP). Krakatau International Port is the largest bulk food and grain port in the ASEAN region as well as a dry port for containers of manufactured, packaged and processed food products with an integrated system from upstream to downstream services. Therefore it is able to accommodate and facilitate the logistics landing ecosystem, to storage and distribution activities. It is known, the port with a length of 3.5 km has 17 docks which are also equipped with conveyors, gantry grab ship unloaders, and integrated warehouses. PT KBS plots Pier 4 to be a cold storage service area, one of which is to store fish caught and cultivated in a bonded logistics center area for domestic distribution as well as export and export activities. The choice of Pier 4 was due to its strategic location, has a railway line, is close to toll roads, bonded logistics centers and depots and dryports. The water depth of Pier 4 is also adequate for the berth of large ships, which reach 8 meters. “The hope is that it can become a logistics node for bulk and processed products for needs on the island of Java,” said PT Krakatau Bandar Samudera Akbar Djohan President Director. He said the development of the cold chain system at KIP was due to better preservation techniques for fishery products and could increase transportation competitiveness. Meanwhile, in terms of benefits, the cold chain system will contribute to an increase in Non-Tax State Revenue (PNBP) for the state, an increase in the volume of capture fisheries and domestic aquaculture, and encourage an increase in the welfare of fishermen because their production is more stable. In addition, he said, the range of cargo carried was wider because KIP was in the Indonesian Archipelago Sea Lane (ALKI) 1 shipping lane and connecting the Malacca Strait shipping lanes and sea highway traffic which had been busy with cargo ships from inside and outside. country. “KIP is also actively looking for business partners, including the PPP scheme for the development of transshipment businesses, ship maintenance (MRO), fish processing units and even fish exchanges,” he concluded.

Meanwhile, the day before, the ARPI team had a business meeting with KIP. In a fairly detailed discussion, the President Director, Akbar Djohan, explained the future plans for the procurement of cold chain facilities. Followed by looking at the facilities, infrastructure and port maps, the General Chairman of ARPI, Hasanuddin Yasni, explained the business opportunities that need to be developed, looking at the strategic location of the port that connects the islands of Sumatra and Java. Team work will be formed soon.