Kilas Balik Pertumbuhan Industri Rantai Dingin Nasional 2023

 KILAS BALIK PERTUMBUHAN INDUSTRI RANTAI DINGIN NASIONAL 2023

Industri rantai dingin nasional mengalami kontraksi pertumbuhan pada 2023 setelah ekonomi dunia berangsur pulih walau masih dibayangi resesi ekonomi dan setelah rantai pasok mengalami disrupsi selama pandemi (2020 sd 2021) yang  menjadikan biaya freight produk naik signifikan serta suplai bahan pangan semakin terbatas dengan keekstriman cuaca yang terjadi. Pengadaan infrastruktur rantai pasok dan penyimpanan pangan menjadi prioritas utama, melebihi pangadaan infrastruktur jalan untuk kendaraan penumpang.

Rantai pasok makanan memang menjadi masalah utama di dalam perhitungan biaya logistik terhadap Pendapatan Domestik Bruto. Setelah rantai pasok produk rumah tangga dan perkantoran (tanpa pendingin) menjadi sangat kompetitif di dalam merebut pangsa pasar, pemain property mulai melihat peluang bisnis baru di rantai dingin di dalam mendukung program ketahanan pangan nasional, seperti kadang terjadi impor makanan dalam volume besar karena rantai pasok makanan dari produsen ke konsumen masih menghadapi tantangan, di dalam pengadaan fasilitas dan konektivitas.

Area pertumbuhan penyimpanan dingin belum merata ke seluruh pelosok. Pertumbuhan masih di dominasi di area Jabodetabek (greater Jakarta) karena selain permintaan makanan segar berkualitas tetap tinggi (urbanisasi dan gaya hidup), juga ketersediaan sumber energi yang berlebih. Di luar pulau Jawa, Bali dan Sumatera, sumber energi masih merupakan tantangan yang harus dihadapi walau sudah berbagai produk panel surya ditawarkan. Regulasi energi diperlukan.

Manajemen hemat energi melalui energi baru dan terbarukan serta ramah lingkungan belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Selain kekurang pengetahuan manfaatnya bagi pengguna enerji di industry rantai dingin, banyak yang mempertanyakan kebijakan regulasi yang tepat agar diperoleh win-win solution. Pemanfaatan refrigerant yang ramah lingkungan dan hemat energi juga masih sedikit yang mengadopsinya karena terlambatnya sosialisasi dari regulator ke pemangku kepentingan. Dalam acara temu tahunan anggota, dijelaskan bahwa sudah menjadi peluang besar bagi Indonesia menjadi sentra bisnis rantai dingin di negara Asia Tenggara setelah pertumbuhan industri rantai dingin di Vietnam dan China melambat. Pemangku kepentingan rantai dingin dan regulator berkolaborasi dan secara bertahap membuat standar-standar nasional di sistem dan pabrikasi produk rantai dingin.