Industri Cold Chain Nasional 2020 (Kilas Balik)

INDUSTRI COLD CHAIN NASIONAL 2020 (KILAS BALIK)

Wabah pandemi virus corona (COVID-19) terdeteksi dan diumumkan resmi oleh pemerintah tertanggal 4 Maret 2020. Wabah ini disinyalir berasal dari kota Wuhan, China yang terdeteksi pada 20 Desember 2019. Indonesia segera melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang merupakan istilah lain dari lockdown. Sejalan dengan kondisi yang terus diupdate, negara-negara yang terkena dampak pandemi (lebih dari 220 negara) membuat kebijakan terkait dengan protokol kesehatan dan perekonomian secara makro dan mikro. Beberapa kebijakan stimulus untuk keberlangsungan usaha di sektor industri perbankan, manufaktur, perdagangan, pertanian, logistik, kesehatan dan perhubungan telah diluncurkan.  

ARPI yang mengawasi industri cold chain (rantai dingin) membuat SOP kerja yang terkait dengan situasi pandemi. Keberpihakan peraturan untuk diizinkannya operasi penuh industri logistik serta sarana dan prasarananya membuat industri cold chain nasional tetap dapat beroperasi walau tak bisa mengelak dari pengetatan biaya operasional agar cash flow usaha masih dapat bertahan walau tidak sebaik tahun sebelumnya.

Dengan pembatasan kegiatan di bisnis hotel, restoran, kafe, tempat wisata yang turun drastis usahanya, yang notabene memanfaatkan sistem cold chain dalam menyajikan hidangan makanannya, mempunyai dampak terhadap penggunaan cold chain. Tetapi terjadi pengalihan bisnis pengguna cold chain ini ke small-middle fresh-mart yang menyediakan produk frozen food. UMKM frozen food yamg menggunakan jasa online serta media sosial di dalam memasarkan produk tumbuh signifikan. Industri e-commerce mereguk keuntungan yang signifikan. Hasil pertanian lokal dapat sedikit bertumbuh walau tertekan dengan kompetisi harga jual karena over supply. Fluktuasi harga produk dapat bermain tergantung rantai pasok yang diterapkan dan fasilitas infrastruktur di daerah masing-masing.   

Model bisnis industri distribusi pangan mengalami perubahan ataupun penyesuaian. Dengan menggunakan metoda online service dan dengan menggunakan small – medium cold storage sebagai hub tempat transit yang bekerjasama dengan third party logistics (3 PL) berpengalaman, bisnis ini tumbuh dengan baik. Jarak tempuh delivery memberikan peluang bisnis tersendiri untuk industri service provider.

Karena pemberlakuan lockdown ataupun PSBB, ada kesenjangan bisnis di area pelabuhan laut dan udara. Custom Clearance menjadi lebih slow response karena pembatasan jarak sosial bagi tenaga kerja di lapangan. Sistem online yang belum merata dan tertata dengan baik, menjadi salah satu tantangan bisnis ataupun peningkatan layanan kedepan.

Tabungan rumah tangga juga tergerus cukup dalam hingga 50-60% an. Penurunan yang terkena dampak pandemi awal hingga akhir 2020 terus signifikan bertambah, tabungan rumah tangga bagi angkatan kerja telah turun menjadi 60%. Karena itu pembelanjaan rumah tangga harus dikelola dengan baik dengan penghematan yang maksimum. Jumlah industri rumah tangga untuk produk frozen food naik signifikan mencapai 41% (YoY).

Indonesia dikenal sebagai negara maritime dan kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam pertanian (sayuran, buah, perikanan, kehutanan, dan peternakan). Sektor pertanian ini mempunyai pangsa angkatan kerja terbesar, yaitu 27,33% dari total angkatan kerja nasional, atau sebanyak 34,58 juta jiwa (BPS, 2019).

Biaya industri cold chain dari hulu ke hilir sedikit mengalami kenaikan, yaitu berkisar antara 4-6% dikarenakan waktu tunggu barang, pengiriman dan penanganan bongkar muat yang mengalami perlambatan. Di masing-masing point sector industri cold chain mempunyai pemetaan dan kinerja sebagai berikut:

Untuk industri third party logistics (3PL), area Jabodetabek masih memberikan kontribusi terbesar nasional sebesar 38% dan instalasi baru tetap tumbuh sebesar 3,2% dari total kapasitas nasional terpasang atau minus 45% YoY. CAGR (Compound Annual Growth Rate) tercapai 4,7%.

Pertumbuhan industri insulated panel terkoreksi. Disamping pengadaan bahan untuk 3PL atau cold storage, juga mengadakan bahan untuk dry warehouse dan clean room untuk industri farmasi. Pertumbuhan untuk mendukung pengadaan nasional 3,7% dari total kapasitas terpasang cold room dan 23,7% untuk clean room sehingga total naik 11% YoY, dengan capaian CAGR 6,7%.

Untuk industri refrigerated vehicle sebagai sarana distribusi produk segar, instalasi baru tetap dapat tumbuh 5,2% dari total kapasitas terpasang atau minus 57% YoY, dengan capaian CAGR 5,5%. Sedangkan untuk industri rental reefer truck mengalami penurunan signifikan 45% YoY, dengan capaian CAGR 3,2%.

Industri temperatured freight forwarding cukup mengalami pukulan penurunan order sejalan dengan pemberlakuan PSBB ataupun lockdown berkala sehingga terjadi perlambatan aktivitas. Di Q2/Q3 mengalami penurunan signifikan 50% YoY, tetapi pada Q4 penurunan menjadi hanya 15% YoY, dengan capaian CAGR 3,1%. 

Kompresor, condensing unit dan perangkat mesin lainnya juga mengalami penurunan signifikan di S1, 37% YoY, tetapi di S2 penurunan hanya 15% YoY. Jika kurs USD tetap berada di kisaran Rp 14-15 ribu, capaian CAGR berada di 4,9%.

Alat monitoring temperatur, data logger serta GPS pada Q2/Q3 sedikit mengalami kenaikan order 28% YoY, dan berlanjut kenaikan yang sama di Q4. CAGR belum terlalu baik, 4,2%.

Okupansi rental 3 PL naik signifikan, dari rerata 80% di tahun 2019), menjadi 95% di tahun 2020 dan capaian CAGR 7,9%.

Wabah pandemi telah mengubah mindset konsumen di dalam tata cara membeli kebutuhan pangan, dan dengan ditunjang teknologi informasi dan sistem digitalisasi, pasar industri e-commerce naik sejalan dengan perubahan gaya hidup masyarakat. Kemajuan kedua teknologi tersebut, memberikan peluang pelayanan pengiriman dan penyimpanan bertemperatur terhadap produk makanan dan minuman. Sektor farmasi seakan tidak mau ketinggalan, berbagai storage bertemperatur berukuran 2-4 ton yang dilengkapi dengan clean room nya, serta cooling box dan coolent nya berkapasitas 30 – 40 liter juga menjadi peluang baru bagi pebisnis industri cold chain nasional.