1000 UMKM Jadi Tenant Fresh Factory

100 UMKM JADI TENANT FRESH FACTORY
Startup Fresh Factory Terkerek Booming Bisnis Antar Makanan Online 

Catatan ARPI: Fresh Factory berkiprah untuk menjadi leader bisnis cold chain yang dapat dijangkau oleh para UMKM Frozen-fresh products.

JAKARTA, Investor.id – Meningkatnya aktivitas digital masyarakat di tengah pandemi Covid-19 turut mendorong bergairahnya pasar e-commerce. Google, Temasek, dan Bain & Company dalam laporannya menyebutkan, selama pandemi ini, semakin bermunculan berbagai jenis usaha yang memasarkan produk melalui saluran online di Asia Tenggara.
 
Sementara itu, laporan Forrester Research menyatakan bisnis online yang naik tajam pada 2020 di tengah pandemi adalah makanan dan bahan makanan (food & groceries) yang berkontribusi sebesar 11% dari total pasar e-commerce dunia. Pada 2015, kontribusi jenis usaha ini hanya 5%, sedangkan pada 2025, diperkirakan naik menjadi 15%.
 
Satu perusahaan yang memanfaatkan peluang tumbuhnya bisnis online food & groceries ini adalah Fresh Factory, perusahaan rintisan (startup) di bidang sistem rantai dingin (cold chain) dengan layanan cold storage (manajemen penyimpanan makanan dan bahan makanan beku), serta layanan fulfillment (pemilihan produk, pengemasan produk, hingga pengiriman produk ke pelanggan via kurir).
 
Founder dan CEO Fresh Factory Larry Ridwan mengatakan, Fresh Factory adalah pionir di dalam negeri untuk bisnis jasa cold storage dan fulfillment ini. “Jasa yang kami berikan adalah cold storage dan fulfillment. Perusahaan termasuk UMKM (usaha mikro kecel dan menengah) produsen makanan atau bahan makanan beku cukup menyimpan stok produknya di cold storage Fresh Factory,” kata dia, Senin (22/11/2021).

Menurut dia, mereka memasarkan produk secara online antara lain melalui e-commerce. Ketika ada pembeli yang memesan, Fresh Factory akan mendapatkan notifikasi untuk kemudian memilih produk mana yang akan dikirim, lalu mengemas produk tersebut, serta berkoordinasi dengan kurir yang akan mengirim produk ke pelanggan.
 
“Fresh Factory menawarkan kepraktisan bagi pelaku usaha, termasuk UMKM. Mereka cukup menaruh stok produk di cold storage kami, sisanya kami yang kerjakan mulai dari manajemen penyimpanan, pengemasan, hingga produk dikirim ke pelanggan,” ungkap Larry.
 
Bisnis yang dikenalkan Fresh Factory ini mendapat sambutan baik dari pelaku usaha. Pada awal berdiri tahun 2020, Fresh Factory baru memiliki satu cold storage dan selang satu tahun kemudian, telah memiliki 10 lokasi cold storage di Jabodetabek, lalu lima gudang frozen cabang di  Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo dan Surabaya.
 
Larry mengatakan, UMKM makanan beku sangat terbantu dengan adanya 15 lokasi cold storage dan gudang frozen Fresh Factory di kota-kota besar itu. “Selain menawarkan kepraktisan, Fresh Factory membantu UMKM makanan dan bahan makanan beku memperluas pasar. Misalnya, ada UMKM daging beku yang bertahun-tahun merajai pasar Jawa Barat tapi susah memperluas pasar ke kota lain karena butuh berbagai infrastruktur,” tegas dia.

Sekarang, dia menuturkan, UMKM itu menjadi tenant Fresh Factory dan punya pasar di Jakarta. UMKM itu cuma menyetok daging di cold storage Fresh Factory di Jakarta, sedangkan sisanya dikerjakan Fresh Factory sampai pengiriman ke pelanggan. Melalui cold storage Fresh Factory, setiap produk UMKM makanan dan bahanan makanan beku itu dapat diantarkan 15 menit ke rumah pelanggan, masih dalam keadaan beku,” Larry.
 
Larry mengungkapkan saat ini terdapat sekitar 100 perusahaan termasuk UMKM yang menjadi tenant di Fresh Factory. Sepanjang tahun lalu, total transaksi penjualan produk tenant Fresh Factory yang dikirim ke pelanggan mencapai sekitar US$1,8 juta atau Rp 26 miliar.
 
“Kami berharap Fresh Factory dapat mendukung pengembangan UMKM yang merupakan tulang punggung perekonomian di Indonesia,” ujar Larry.
  
Editor : Harso Kurniawan (harso@investor.co.id), sumber : Investor Daily