RANTAI PASOKAN MAKANAN, tantangan pengelolaan di dalam pengadaannya
Program pemberdayaan UMKM dimulai dari desa yang mampu di dalam menyediakan makanan secara mandiri. Rantai pasokan menjadi satu tantangan.
FOOD SUPPLY CHAIN management challenges in its procurement
The MSMEs empowerment program starts from villages that are able to provide food independently. The supply chain is a challenge.
Bahasa Indonesia
Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan memerlukan program yang terintegrasi dengan baik. Strategi, ketangguhan dan keberlanjutan menjadi sebuah tantangan kedepan di dalam menyediakan layanan pengiriman dan penyimpanan dingin. Manajemen rantai pasokan sudah dimulai dari awal dii dalam memproduksi bahan baku makanan yang mudah rusak karena pengaruh perkembangan bakteri pembusuk. Isu tentang pengelolaan produksi yang ramah lingkungan serta penggunaan bahan pendingin dan material peralatan yang juga ramah lingkungan, menjadikan kompetisi yang harus dihadapi oleh pemain di industri makanan dan minuman dan industri rantai dingin yang menyediakan jasa pengiriman-transportasi dan penyimpanan. Hal ini terungkap di dalam acara talk show di ekspo Jogja Food & Beverage dan Jogja Packaging & Printing, 21 sd 25 Mei 2025.
Pemberdayaan UMKM yang bergarak di sektor makanan dan minuman di setiap desa atau minimal di setiap kecamatan yang akan mendukung kemandirian di dalam pengadaan makanan dan minuman secara mandiri. Tampil sebagai pembicara adalah duet antara ARPI dan Universitas Gadjah Mada.
ARPI menjelaskan secara detail tentang ketangguhan, keberlanjutan, keamanan dan strategi rantai dingin dalam konteks dapat digunakan oleh seluruh pemain makanan beku dengan layanan rantai dingin yang baik. Hal ini terkait dengan program pemerintah di dalam pengadaan Koperasi Desa yang dilenngkapi dengan sistem rantai dingin.
Sebelumnya, melalui meeting online, Kementerian Koordinator Bidang Pangan, menjelaskan tentang program pemerintah untuk mengadakan fasilitas paket kesehatan dan pangan di setiap desa di Indonesia (Koperasi Desa Merah Putih / KDMP) yang saat ini berjumlah 80.000 lebih. Tentu saja yang menjadi tantangan selain penyediaan sarana dan peralatan yang mendukung, juga konektivitas melalui digitalisasi yang dapat memonitor seluruh kegiatan pengiriman dan penyimpanan makanan dan obat-obatan tersebut.
Sementara itu, Universitas Gadjah Mada lebih menekankan tentang produksi produk pertanian, perikanan dan peternakan yang ramah lingkungan dan terukur sebagai basis awal dari penyediaan bahan baku bermutu yang masuk kedalam sistem manajemen rantai pasokan.
English version
Indonesia as a maritime and archipelago country requires a well-integrated program. Strategy, resilience and sustainability are future challenges in providing cold storage and delivery services. Supply chain management has started from the beginning in producing food raw materials that are easily damaged due to the influence of the development of spoilage bacteria. The issue of environmentally friendly production management and the use of environmentally friendly refrigerants and equipment materials, makes the competition that must be faced by players in the food and beverage industry and the cold chain industry that provides shipping-transportation and storage services. This was revealed in a talk show at the Jogja Food & Beverage and Jogja Packaging & Printing expo, May 21-25, 2025.
Empowerment of MSMEs engaged in the food and beverage sector in every village or at least in every sub-district that will support independence in procuring food and beverages independently. Appearing as speakers was a duet between ARPI and Gadjah Mada University.
ARPI explains in detail about the resilience, sustainability, security and cold chain strategy in the context that can be used by all frozen food players with good cold chain services. This is related to the government program in the procurement of Village Cooperatives equipped with a cold chain system.
Previously, through an online meeting, the Coordinating Ministry for Food explained the government’s program to provide health and food package facilities in every village in Indonesia (Red and White Village Cooperative / KDMP) which currently numbers more than 80,000. Of course, the challenge is not only the provision of supporting facilities and equipment, but also connectivity through digitalization that can monitor all shipping and storage activities for food and medicine.
Meanwhile, Universitas Gadjah Mada emphasizes the production of environmentally friendly and measurable agricultural, fishery and livestock products as the initial basis for providing quality raw materials that enter the supply chain management system.