Apa Yang Perlu Disinergikan di Tahun 2025? / What Needs to be Synergized in 2025?

APA YANG PERLU DISINERGIKAN DI TAHUN 2025?

Bercermin tahun 2024 merupakan tahun tantangan bagi industri rantai dingin, dimana selain diisi dengan situasi geopolitik, juga diisi dengan situasi kompetisi ekonomi global dimana tiap negara berlomba untuk meningkatkan pendapatan di tengah menurunnya permintaan tenaga kerja karena penghematan biaya produksi. Kondisi yang dihadapi ini mengharuskan perusahaan mengupdate strategi bisnis kedepannya.

Salah satu negara industri maju, Jepang, kurs mata uang Yen mereka telah terdepresiasi 15% lebih dari dolar USD. Ini mengharuskan industri mereka untuk menggiatkan pangsa pasar mereka ke negara luar (ekspor) agar kegiatan industri tetap berjalan baik. Salah satu sektor industri yang berpeluang baik adalah makanan dan minuman serta pendukung industri ini. Dan negara-negara Asia Tenggara menjadi tujuan pasar mereka yang potensial. Bukan hanya Jepang yang agresif perluas pasar ke negara-negara ini, juga negara Cina, Korea Selatan, dan beberapa negara Eropa turut agresif. Dan bagi Indonesia, di tahun geopolitik ini, kurs Rupiah pun semakin tertekan karena meningkatnya produk impor yang membutuhkan kurs dolar USD pun meningkat.  

Dilema kenaikan PPN dari 11% menjadi 12% telah menjadi isu penting di penghujung tahun 2024 ini. Produk makanan yang mudah busuk, seperti hasil laut ikan tuna, udang atau lainnya yang diekspor yang memang termasuk kategori premium, akankah dikenakan PPN 12% pula? Itu baru dari segi produk segar ataupun olahan. Bagaimana dengan infrastruktur rantai pasok, distribusi dan penyimpanan dingin nya yang mendukung proses hasil produk sesuai dengan mutu yang disyaratkan? Inipun akan menjadi dilemma jika PPN tersebut rinciannya tidak dipilah-pilah.

Beberapa jenis mesin pendingin, seperti kompresor dapat dikatakan impor dalam bentuk utuh (built up), sedangkan kondensor dan evaporator masih ada pabrikan lokal yang mampu membuat walau suplainya belum mencukupi permintaan domestik. Dan ini dapat dikategorikan sebgai mesin-mesin produktif bernilai premium jika dibandingkan dengan refrigerator konsumtif premium rumah tangga. Demikian halnya dengan peralatan pendingin lainnya, seperti panel berinsulasi (insulated panel, sandwich panel) yang per meternya bernilai premium. Kemampuan pabrikan lokal ini telah dapat diandalkan (mampu diekspor). Kenaikan PPN menjadi 12%, perlu disikapi dengan bijak oleh semua pemangku kepentingan. Impor utuh (built up) produk yang telah dapat dibuat oleh pabrikan lokal sedapat mungkin dibuat aturan tersendiri. Pemerintah baru harus membuat regulasi yang mendukung untuk sektor industri Rantai dingin ini.

Ada catatan pula, situasi Deflasi selama 5 bulan berturut-turut, Mei sampai dengan September, membuat industri rantai pasok, distrbusi dan penyimpanan makanan terhadang pertumbuhannya. Impor komoditas makanan untuk penyeimbang harga produksi lokal serta di sektor produksi migas menjadikan pergerakan naik kurs dolar USD. Pemanfaatan tenaga kerja juga menjadi turun. Problem yang dihadapi pada situasi ini menjadi pembelajaran Bersama untuk menyusun strategi bisnis yang tepat dengan dukungan regulasi yang tepat pula.

Langkah-langkah yang akan direkomendasikan oleh ARPI ke Lembaga-lembaga pemerintah dan industri pemangku kepentingan di industri rantai dingin ini, diantaranya adalah :

  1. Mengkaji ulang HS Code produk impor yang dibutuhkan, baik sebagai bahan baku ataupun produk jadi, antara bersifat konsumtif dengan bersifat produktif (merubah nilai dan untuk proses lanjut)
  2. Memberdayakan pabrikan lokal dengan dukungan pajak insentif yang tepat jika mampu meningkatkan TKDN yang memberikan peluang kemandirian industri.
  3. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) dengan peraturan pendirian pabrik bermitra lokal terhadap produk impor yang terus digunakan.   
  4. Memperkuat jaringan, meningkatkan fasilitas Pelabuhan yang memudahkan dan memangkas alur distribusi produk ekspor.
  5. Mengefisienkan layanan dengan menggunakan pelayanan satu atap dan terkoneksi dengan sistem digitalisasi. Ini meningkatkan kecepatan layanan, mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu, dan lainnya.
  6. Kolaborasi investasi, yang akan mempercepat Pembangunan fasilitas industri rantai dingin di dalam mendukung penuh program ketahanan pangan nasional.

WHAT NEEDS TO BE SYNERGIZED IN 2025?

Reflecting on the year 2024 is a challenging year for the cold chain industry, where apart from being filled with geopolitical situations, it is also filled with a situation of global economic competition where each country is competing to increase income amidst decreasing demand for labor due to savings in production costs. The conditions faced require the Company to update its future business strategy.

One of the advanced industrial countries, Japan, their Yen currency exchange rate has depreciated by more than 15% compared to the USD dollar. This requires their industry to increase their market share to foreign countries (exports) so that industrial activities continue to run well. One industrial sector that has good opportunities is food and beverages and the supporting industry. And Southeast Asian countries are their potential market destination. It’s not just Japan that is aggressive in expanding its market to these countries, China, South Korea and several European countries are also aggressive. And for Indonesia, in this geopolitical year, the Rupiah exchange rate is increasingly under pressure due to the increase in imported products which require an increase in the USD dollar exchange rate. 

The dilemma of increasing VAT from 11% to 12% has become an important issue at the end of 2024. Perishable food products, such as tuna, shrimp or other seafood exported which are included in the premium category, will be subject to 12% VAT as well? That’s just in terms of fresh or processed products. What about the supply chain, distribution and cold storage infrastructure that supports the process of producing products according to the required quality? This also becomes a dilemma if the VAT details are not sorted out.

Several types of cooling machines, such as compressors, can be said to be imported in complete form (built up), while local manufacturers still have condensers and evaporators who are able to make them even though the supply is not yet sufficient for domestic demand. And these can be categorized as premium value productive machines when compared to premium household consumer refrigerators. This is the case with other cooling equipment, such as insulated panels, sandwich panels, which have a premium value per meter. This local manufacturing capability is reliable (capable of being exported). The increase in VAT to 12% needs to be responded to wisely by all stakeholders. The import of whole (built up) products that can be made by local manufacturers is subject to separate regulations wherever possible. The new government must create regulations that support the cold chain industrial sector.

There is also a note that the deflation situation for 5 consecutive months, May to September, hampered the growth of the food supply chain, distribution and storage industry. Imports of food commodities to balance local production prices as well as in the oil and gas production sector cause an upward movement in the USD dollar exchange rate. Labor utilization also fell. The problems faced in this situation become a collective lesson to develop the right business strategy with the support of the right regulations.

The steps that ARPI will recommend to government institutions and industry stakeholders in the cold chain industry include:

1. Review the HS Code for imported products that are needed, either as raw materials or finished products, between consumptive and productive (changing value and for further processing)

2. Empowering local manufacturers with appropriate tax incentive support if they are able to increase TKDN which provides opportunities for industrial independence.

3. Increasing human resource (HR) capabilities with regulations for establishing local partner factories for imported products that continue to be used.  

4. Strengthen the network, improve port facilities to facilitate and reduce the flow of distribution of export products.

5. Streamline services by using one-stop services and connecting to a digitalization system. This increases service speed, reduces unnecessary costs, and more. 6. Investment collaboration, which will accelerate the development of cold chain industrial facilities in full support of the national food security program.