PERAN COLD CHAIN SYSTEM DITINGKATKAN

20170614_215108

Keseriusan pemerintah di dalam mengeliminasi pemakaian bahan pengawet makanan berbahaya seperti formalin dan paraformadehide, menjadikan peran cold chain system didalam pendistribusian produk segar sekaligus buffer stock logistik kelangkaan persediaan di musim paceklik meningkat. Hal ini termaktub dalam Focus Group Discussion: Pengendalian Penyalahgunaan formalin dan paraformaldehid dalam pangan. Instansi pemerintah dan beberapa asosiasi terkait hadir dalam diskusi yang diprakarsai oleh BPOM ini.

Dalam kesempatan ini, ARPI menjelaskan tentang tantangan dilematis pengembangan infrastruktur cold chain nasional yang saat ini hanya mampu mensupport 30% dari kebutuhan, dihadang oleh pemanfaatan bahan pengawet pangan berbahaya tersebut serta jenis plastik pembungkus pangan yang tidak food grade di pasar tradisional yang disinyalir oleh publik sebagai pengganti penerapan cold chain system. Food losses nasional saat ini rerata masih tinggi, mencapai 40%, bahkan saat peak season bisa mencapai 50%. Pengawetan dengan formalin sesaat dapat memperpanjang masa jual produk segar, tetapi tetap mengalami penyusutan bobot 10% disamping berbahaya bagi kesehatan manusia. Prosentase food losses tertinggiada pada rantai pasar tradisional, yaitu 20-25%, lainnya pada pasca panen dan distribution center sebesar 15%.

Kesiapan alat mesin pendingin, cold supply chain, serta monitoring temperatur dan kelembaban produk, secara nasional saat ini cukup memadai. Seperti target mendapatkan kualitas produk yang dikehendaki, monitoring from farm to table dapat dilakukan melalui sistem data logger dan GPS. Di negara maju yang sangat peduli akan pangan sehat, perlahan telah meninggalkan menu siap saji yang sarat dengan pemakaian bahan-bahan pengawet lain, seperti pewarna, wrapping dan lainnya. Mereka kembali ke healthy kitchen dengan produk segar yang organik ataupun aeroponik (tanpa pemakaian pestisida yang berbahaya). Penerapan cold chain system di negara-negara tersebut, terbukti dapat menekan besaran food losses hanya menjadi sekitar 5% saja. Bandingkan dengan biaya penerapan cold chain system yang hanya 10-12% saja penambahannya dari biaya total produksi. Untuk itu diperlukan regulasi-regulasi terkini dalam mencegah pemakaian bahan pengawet berbahaya tersebut. Tinggal bagaimana mengedukasi produsen, pedagang pengumpul, distributor, pasar, retailer, dan pengawas penerapan kebijakan (regulasi), akan pentingnya penerapan sistem rantai pendingin tersebut yang menghasilkan pangan sehat bernutrisi baik.