Pengembangan Standar Nasional Kontainer Kargo dan Termal / Development of National Standard of Cargo and Thermal Container

Bahasa Indonesia
PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL KONTAINER KARGO DAN TERMAL  

Kelangkaan persediaan kontainer kargo umum dan termal sejak awal pandemi yang menjadikan kenaikan harga penyewaan. Walau kondisi saat ini berangsur pulih, tetapi cukup banyak kondisi kontainer kargo tersebut tidak terawat dengan baik selain usia pemakaian yang mengharuskan peremajaan produk.

Diinisasi oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi dan dikaji oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN), PT. INKA dan ARPI, telah membuat standar umum prototipe kontainer kargo termal dan dilanjut dengan uji coba prototipe atas kolaborasi pabrikasi karoseri, manufaktur sistem refrigerasinya (anggota ARPI) dan PT. INKA.

Melalui Kelompok Kerja Komite Teknis (Komtek – Technical Committee TC) 55-02 dimana ARPI memimpinnya, Standar Nasional Indonesia (SNI) yang telah dibuat dan menjadi tuntunan pembuatan prototipe, dilanjutkan dengan 3 buah Rancangan SNI (RSNI) yang lebih rinci, yaitu: 1). Spesifikasi dan Pengujian Kontainer Kargo Umum. 2). Spesifikasi dan Pengujian Kontainer Kargo Termal, dan 3). Klasifikasi, Dimensi dan Massa Bruto Maksimum Kontainer Kargo, tersebut. RSNI tersebut berdasar kepada standar internasional ISO 1496 dan ISO 668.

Tujuan dari pembuatan RSNI ini yang nanti menjadi SNI agar dapat menjadi tuntunan bagi pabrikasi karoseri lokal dan sistem refrigerasinya didalam membuat kedua jenis kontainer kargo tersebut. Dari perhitungan kandungan lokal (TKDN) atas produk prototipe tersebut, dapat mencapai 55%. Akan menjadi kebanggaan produk nasional nantinya.

Sementara itu, KT 55-02, telah pula membuat SNI sistem Pengiriman Paket Berpendingin (untuk produk bertemperatur, seperti makanan dan minuman) yang berpedoman kepada standar internasional ISO 23412. Saat ini sedang diprogres pembuatan sertifikasinya untuk industri yang membutuhakan atas kolaborasi antara badan standardisasi Japan dan Indonesia dengan Lembaga sertifikasi yang mewakili.


English version
DEVELOPMENT OF NATIONAL STANDARDS OF THERMAL AND CARGO CONTAINERS

The scarcity of supplies of general and thermal cargo containers since the start of the pandemic has led to an increase in rental prices. Even though the current conditions are gradually recovering, there are quite a lot of cargo container conditions that are not well maintained other than the age of use which requires product rejuvenation.

Initiated by the Coordinating Ministry for Maritime Affairs and Investment and reviewed by the National Standardization Agency (BSN), PT. INKA and ARPI, have made a general standard for thermal cargo container prototypes and continued with prototype trials for the collaboration of body manufacturing, refrigeration system manufacturing (ARPI members) and PT. INKA.

Through the Technical Committee Working Group (Komite Teknis / KT – Technical Committee / TC), KT 55-02 where Cold Chain Association of Indonesia (ARPI) leads it, the Indonesian National Standard (SNI) that has been made and becomes a guide for making prototypes, is followed by 3 more detailed Draft of SNI (RSNIs), namely: 1). General Cargo Container Specifications and Testing. 2). Specifications and Testing of Thermal Cargo Containers, and 3). Classification, Dimensions and Maximum Gross Mass of Cargo Containers, said. The RSNI is based on international standards ISO 1496 and ISO 668.

The purpose of making this RSNI which will later become SNI is to become a guide for local bodywork manufacturers and their refrigeration systems in making these two types of cargo containers. From the calculation of the local content (TKDN) of the prototype product, it can reach 55%. Will be the pride of national products later.

Meanwhile, KT 55-02 has also created SNI for Refrigerated – Cool Package Delivery systems (for temperature-products, such as food and beverages) which are guided by the international standard ISO 23412. Currently it is in progress for certification for industries that require collaboration between Japanese standardization bodies and Indonesia with a representative certification body.