Industri Rantai Dingin Nasional Menggeliat / The National Cold Chain Industry Writhing

INDUSTRI RANTAI DINGIN NASIONAL MENGGELIAT

Edisi Bahasa Indonesia.

Kondisi pandemi Covid yang sudah berlangsung sejak awal tahun 2020 dimana lebih dari 18 bulan diberlakukan pembatasan aktivitas publik, industri e-commerce yang menyediakan pesan order dan pembayarannya secara online tumbuh pesat. Publik menyadari bahwa peran penyimpanan dingin untuk makanan dan minuman menjadi penting di dalam mempertahankan kualitasnya. Industri UMKM untuk makanan tumbuh pesat dan yang menjadi pilihan utama publik dengan rating tertinggi adalah makanan siap saji (hasil olahan yang mempunyai nilai tambah yang baik). Hal ini terungkap dalam penyelenggaraan FGD yang diinisiasi oleh Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada, Jogyakarta. ARPI mengungkapkan hal tersebut diatas dengan pendekatan materi rantai dingin yang cocok diimplementasikan bagi para UMKM industri daging segar beku, unggas segar beku, hasil olahan dan hasil turunan produk tersebut. Berbicara tentang rantai dingin, harus dapat memfasilitasi konektivitas infrastruktur pendinginnya yang terdigitalisasi dengan baik. Hasanuddin Yasni, narasumber ARPI, menjelaskan secara detail rantai dingin untuk industri besar, menengah dan UMKM yang mengandalkan alat refrigerator di rumah. Kesesuaian suhu beku produk saat sebagian kemasan ingin digunakan, mempunyai SOP tersendiri.

Sementara itu, Robi Agustiar, narasunber lainnya menjelaskan bagaimana usaha bisnis penggemukan sapi yang baik di dalam berkompetisi kualitas dan harga dengan produk impor. Ini diperlukan penanganan yang lebih baik dari semua pemangku kepentingan, termasuk regulator. FGD ini dihadiri oleh para akademisi universitas, pemain UMKM, asosiasi terkait dan praktisi.

Di industri hasil laut dan perikanan, rantai hulu masih menghadapi tantangan yang banyak dalam penanganan rantai dinginnya. Karena itu diperlukan daya dukung pemerintah di dalam membuat garis infrastrukturnya yang membantu penanganan awal ikan agar tetap terjaga kualitasnya di rantai penanganannya hingga ke hilir. Hal ini dijelaskan detail oleh ARPI di dalam FGD Edukasi rantai dingin yang diselenggarakan oleh Direktorat Logistik, DitJen PDSPKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan di Bandung. Kementerian baru saja melaksanakan instalasi mobile storage berkapasitas 10-15 ton ton yang akan dikelola oleh koperasi nelayan di beberapa titik di wilayah Indonesia. Kementerian berkomitmen untuk terus mendukung program Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) untuk memberdayakan pemangku kepentingan di sektor sekaligus untuk mengurangi susut berat dan susut nilai produk.

Transformasi teknologi digitalisasi yang pesat berkembang di era saat ini, sangat membantu modernisasi transportasi dan penyimpanan berpendingin untuk produk segar. Perdagangan bebas ritel global yang meningkat tajam selama pandemi, membuat persaingan ketat antar negara di dalam menangkap peluang bisnis produk segar ini. Para pemodal menggelontorkan dana ke pemain baru (start-up) untuk mengkoneksikan antar pelaku bisnis rantai dingin. ARPI bekerjasama dengan McEasy, FishLog dan Kementerian Kelautan dan Perikanan menggelar webinar bertajuk Menuju Indonesia Emas 2045 untuk mengelola sektor hasil laut dan perikanan yang berkelanjutan. Kedua start-up karya anak bangsa (McEasy di manajemen transportasi dan FisLog di rantai pasok dingin) disupport baik oleh kementerian dengan program ketertelusuran produk perikanan (STELINA).

ARPI menjelaskan bahwa prospek bisnis global produk segar yang memerlukan rantai dingin yang baik ini, diprediksi tumbuh sebesar 17,9% dimana negara-negara Asia Pasifik men-drive pertumbuhannya.

Masih membahas lebih lanjut lagi tentang teknologi terkini di transportasi dan pengiriman paket berpendingin, Universitas Internasional Semen Indonesia, Gresik, mengundang ARPI, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya, Ternaknesia, Cargill grup dan Paxel sebagai narasumber yang membahas rantai dingin dari rantai hulu ke rantai hilir, bisnis end to end. ITS menggaris-bawahi tentang hasil-hasil riset rantai pasok dingin. ARPI lebih menegaskan bagaimana fungsi kekinian digitalisasi pelabuhan laut nasional sebagai poros di depan dalam perdagangan ritel global (penerapan NLE yang terdigitalisasi dan program SW), serta pengelolaan rantai dingin dari hulu ke hilir, efisiensi dan efektifitas manajemen transportasi dan pergudangan berpendingin dan tren model pasar untuk pelaku UMKM produk segar.

Ternaknesia, Paxel dan Cargill mengelaborasi kondisi kekinian di dalam menerapkan digitalisasi rantai pasok dan pengiriman paket berpendingin yang dari waktu ke waktu terus beradaptasi menyesuaikan keberagaman permintaan, situasi bisnis yang kompetitif dan peningkatan layanan di dalam mempertahankan kepuasan pelanggan.

Kempat event ini dilangsungkan di dalam kegiatan ARPI pada 2 minggu terakhir November.

English Version.

THE NATIONAL COLD CHAIN ​​INDUSTRY WRITHING

The condition of the Covid pandemic that has been going on since early 2020 where restrictions on public activities were imposed for more than 18 months, the e-commerce industry, which provides online ordering and payment, is growing rapidly. The public is aware that the role of cold storage for food and beverages is important in maintaining their quality. The MSMEs industry for food is growing rapidly and the public’s main choice with the highest rating is ready-to-eat food (processed products that have good added value). This was revealed in the holding of an FGD initiated by the Faculty of Animal Husbandry, Gajah Mada University, Jogyakarta. ARPI disclosed the above with a cold chain material approach that is suitable for implementation for MSMEs industries in the fresh frozen meat, fresh frozen poultry, processed products and their derivative products. Talking about the cold chain, it must be able to facilitate the connectivity of its cooling infrastructure which is properly digitized. Hasanuddin Yasni, ARPI resource person, explained in detail the cold chain for large, medium and MSMEs industries that rely on refrigerators at home. The suitability of the product’s freezing temperature when part of the packaging is to be used, has its own SOP.

Meanwhile, Robi Agustiar, another resource person explained how a good cattle fattening business can compete in quality and price with imported products. This requires better handling of all stakeholders, including regulators. This Forum Group Discussion (FGD) was attended by university academics, MSMEs players, related associations and practitioners.

In the marine and fishery product industry, the upstream chain still faces many challenges in handling its cold chain. Because of this, the government’s support is needed in establishing an infrastructure line that helps the initial handling of fish so that the quality is maintained in the chain of handling downstream. This was explained in detail by ARPI in the Cold Chain Education FGD organized by the Directorate of Logistics, Directorate General of PDSPKP, Ministry of Maritime Affairs and Fisheries in Bandung. The ministry has just carried out the installation of mobile storage with a capacity of 10-15 tons which will be managed by fishing cooperatives at several points in Indonesia. The Ministry is committed to continuing to support the National Fish Logistics System (SLIN) program to empower stakeholders in the sector as well as to reduce weight losses and product value losses.

The transformation of digitalization technology, which is rapidly developing in the current era, is very helpful in modernizing transportation and refrigerated storage for fresh products. Global retail free trade, which has increased sharply during the pandemic, has made intense competition between countries in capturing this fresh product business opportunity. Investors are pouring funds into new players (start-ups) to connect cold chain business actors. ARPI in collaboration with McEasy, FishLog and the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries held a webinar entitled Towards Golden Indonesia 2045 to manage the marine and fisheries sector in a sustainable manner. The two start-ups “created by the nation’s children” (McEasy in transportation management and FisLog in the cold supply chain) are well supported by the ministry with the fishery product traceability program (STELINA).

ARPI explained that the global business prospects for fresh products that require a good cold chain are predicted to grow by 17.9% where Asia Pacific countries are driving growth.

Still discussing more about the latest technology in the transportation and delivery of refrigerated packages, Semen Indonesia International University, Gresik, invited ARPI, the Sepuluh November Institute of Technology (ITS), Surabaya, Ternaknesia, Cargill group and Paxel as speakers to discuss the cold chain from the upstream chain downstream chain, end to end business. ITS underlined the results of cold supply chain research. ARPI further emphasizes how the current function of digitizing national seaports is as a pivot at the forefront of global retail trade (implementation of digitalized National Logistic Ecosystem – NLE and Single Window programs), upstream to downstream cold chain management, efficiency and effectiveness of refrigerated transportation and warehousing management and trends in market models for players. SMEs fresh products.

Ternaknesia, Paxel and Cargill elaborate on current conditions in implementing supply chain digitization and refrigerated package delivery which from time to time continue to adapt to suit the diversity of requests, competitive business situations and service improvements in maintaining customer satisfaction.

These 4 (four) events has done in ARPI activities during 2 weeks in November