Site icon ARPIonline

Manajemen Stok Pangan dan Control Atmosphere Storage

Manajemen Stok Pangan dan Control Atmosphere Storage 

Pemerintah diminta melakukan managemen stok pangan untuk mencegah adanya kenaikan yang saban tahun terjadi di hari besar atau saat bencana alam.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan persoalan fluktuasi pangan menjadi hal biasa terjadi di Tanah Air. Ia mendorong pemerintah melakukan managemen terhadap produk pangan untuk menstabilkan harga.

Dia mengaku meski menjadi negara agraria, RI belum mampu membuat lahan pangan lebih produktif dan sejalan dengan pertumbuhan manusianya.

Padahal sejumlah negara telah meningkatkan produksi di lahan terbatas, sehingga tidak membuat persoalan pangan ini berlarut.

Managemen pangan yang dilakukan harus merata antarsatu pemerintah. Satu provinsi dengan daerah lain harusnya dapat saling berkoodinasi dengan menyuplai pangan yang berlebih dan menampung komoditas yang menipis. Dengan langkah ini diyakini ketersediaan komoditas akan merata.

Di samping itu, pemerintah dinilai cenderung melakukan kesamaan pangan pokok untuk masyarakat di seluruh wilayah. Hal ini membuat pangan tertentu seperti beras kian banyak dikonsumsi dan menyebabkan ketersediaan makin terbatas.

Padahal kata dia, masing-masing wilayah memiliki keunggulan pangan masing-masing untuk komoditas pokok, seperti makanan berupa jagung dan sagu.

“Kebanyakan konsumen menjadi panic buying saat adanya kabar tentang kenaikan harga, sehingga mereka akan melakukan pembelian lebih sebagai cadangan,” kata Enny saat dihubungi Bisnis, Minggu (21/1/2018).

Pemerintah menurut Enny, mesti memaksimalkan peran Badan Urusan Logistik (Bulog) sebagai penyedia pangan.

Selama ini Bulog dianggap belum mampu memenuhi ekspektasi masyarakat sebagai penyedia pangan dengan baik, sehingga saat gangguan pangan terjadi, kenaikan harga menjadi tidak terbendung.

Untuk menyediakan stok pangan yang memadai, Kemendag diminta memaksimalkan fungsi gudang penyimpanan. Dari storage tersebut, stok pangan akan ditampung dan dikeluarkan jika terjadi gangguan ketersediaan.

Stok pangan juga menjadi penyelamat saat masa-masa panceklik.

Sementara itu, Kementerian Perdagangan berencana melakukan upaya memaksimalkan penyimpanan barang secarta baik dengan jumlah memadai dan dapat digunakan pada saat panceklik atau kebutuhan tertentu.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti mengatakan perlu adanya gudang penyimpanan dengan menggunakan sistem control atmosphere storage (CAS) sehingga seluruh produk pangan termasuk holtikultura tetap dalam keadaan baik saat didistribusikan.

“Penyimpanan yang baik kami perlukan sehingga saat mengalami gangguan suplay, pemerintah masih punya simpanannya,” kata Tjahya.

Saat ini, menurutnya Tjahya, belasan ribu gudang tersebar di Indonesia. Jumlah tersebut dibagi atas milik swasta dan pemerintah. Pemerintah akan melakukan pengecekan dan perbaikan gudang untuk memastikan kecukupan dan daya tampung pangan.

Upaya ini diyakini menjadi salah satu jalan agar pemerintah dapat menekan harga pangan di saat produksi terganggu dengan mengeluarkan pasokan dari penyimpanan.

Kemendag mengaku terus melakukan koordinasi dengan tim untuk mencari formula menjaga kestabilan harga dan produk pangan. Hal ini untuk memberikan pilihan kepada masyarakat dalam memilih daging segar maupun beku.

Selain itu sejak Oktober, pemerintah melalui Bulog juga telah menggelontorkan puluhan ribu ton beras di bawah harga eceran tertinggi (HET) untuk menekan harga.

Meski belum banyak membuahkan hasil, upaya ini terus dilakukan. Editor : Saeno, Bisnis Indonesia

Exit mobile version